Rumah adalah tempat untuk dihuni, tempat kita bernaung, tempat kita berteduh, tempat kita berbagi rasa. Rumah menjadi saksi atas banyak kejadian dalam hidup kita. Ibaratkan separuh jiwa adalah rumah. Andai genteng rumah kita bocor, apakah lantas beli rumah yang baru atau memperbaiki gentengnya?? Tiap orang pasti punya jawabannya masing2.Thanks Bro for the e-mail (^_^)..!!
Andaikan rumah itu adalah pasangan kita, apabila ada sesuatu yang buruk tentang dia, apakah harus ganti yang laen ato memperbaiki yang buruk darinya?? Genteng yang bocor, ya perbaiki gentengnya, bukan merubah rumahnya, apalagi sampe melepas rumah itu, entah untuk dijual atau dikontrakkan. Ketika rumah itu sudah berpindah tangan ke orang lain dan menjadi rumah yang sangat indah, dapatkah kita raih kembali?? Akankah kita menyesal tidak menjaga rumah kita dengan baik??
Setiap rumah pasti ada cacatnya, ada tembok yang retak, genteng yang bocor, kaca yang pecah, dll. Terkadang kita terlalu menuntut mendapatkan rumah yang sesuai idaman kita, yang akhirnya membuat rumah itu terasa dingin untuk dihuni. Andai kita memang belum punya dana cukup untuk memperbaiki semua cacatnya, cobalah untuk menerima semua itu dengan perasaan senang, tanpa terbebani dengan tuntutan memiliki rumah idaman.
Rumah juga memiliki jiwa, andai kita bisa menerima cacatnya, dia juga dapat merasakan hawa hangat yang mengalir dari tubuh kita, rumah kitapun akan tersenyum dan bahagia memiliki kita yang mau menjaga dan merawat tanpa menuntut menjadi sempurna seperti yang diimpikan. Jagalah rumah kita dengan baik, perbaiki segala cacat yang ada, tapi jangan ubah menjadi sosok rumah yang laen. Biarlah orang bilang rumah kita jelek, yang pasti itu adalah salah satu yang berharga dalam hidup kita..
Wednesday, 8 October 2008
Kisah Sebuah Rumah
Ada seorang teman yang kirim seperti ini ke e-mail gwe :
Subscribe to:
Posts (Atom)